Ketika ponsel telah di-root, pengguna dapat dengan leluasa mengkonfigurasi pengaturan serta fitur pada ponsel. Ada pendapat yang mengatakan jika melakukan rooting, malware dapat dengan mudah masuk ke sistem dan melakukan aksinya seperti pencurian data dan hal jahat lainnya. Pendapat ini tidak salah karena malware yang menginfeksi dapat dengan mudah mengubah system untuk membuat aplikasi yang bersifat siluman alias tersembunyi sehingga malware lebih susah dibersihkan.
Saat ini, banyak pembuat malware barusaha untuk melakukan rooting dengan menggunakan exploit. Exploit merupakan suatu cara yang memanfaatkan kelemahan pada sistem untuk menghasilkan celah keamanan yang sebelumnya tidak terantisipasi.
Dengan sistem yang telah di-root, tidak ada pelindung sekuriti pada sistem operasi Android yang dapat dimanfaatkan oleh malware untuk tujuan negatifnya.
Ada beberapa contoh malware yang mencoba me-root sistem seperti DroidKungfu dan DroidDream.
Sistem operasi Android sendiri telah di-patched untuk menghindari eksploitasi oleh malware ini. Exploit oleh malware ini sendiri tidak berfungsi lagi bagi pengguna Android 2.2.1 ke atas.
Bagi kebanyakan orang, ketika memiliki ponsel Android baru, mereka akan membuka market kemudian men-download game, utilities, dan aplikasi lainnya. hal ini tentunya menyenangkan meskipun malware selalu berpotensi menjadi ancaman bagi pemilik ponsel. Berbeda dengan Apple yang terlindungi dari aplikasi jahat selama tidak di-jailbreak untuk menjalankan aplikasi dari luar market.
saat ini, malware dibuat bukan sekedar untuk sampul majalah grup hacker/uxer, melainkan untuk memperoleh keuntungan. Contoh hal yang dilakukan malware untuk menghasilkan uang yaitu dengan mengirim SMS Premium, search engine poisoning, payper-click, hingga mencuri sandi rahasia untuk transaksi perbankan.
Mendeteksi aplikasi yang berbahaya merupakan hal yang sangat mudah dilakukan. Namun, untuk menentukan setiap aplikasi di market berbahaya atau tidak merupakan hal yang sulit untuk diterapkan dalam pendeteksian malware.
Kembali Ke Halaman Awal atau Melihat Daftar Isi
Saat ini, banyak pembuat malware barusaha untuk melakukan rooting dengan menggunakan exploit. Exploit merupakan suatu cara yang memanfaatkan kelemahan pada sistem untuk menghasilkan celah keamanan yang sebelumnya tidak terantisipasi.
Dengan sistem yang telah di-root, tidak ada pelindung sekuriti pada sistem operasi Android yang dapat dimanfaatkan oleh malware untuk tujuan negatifnya.
Ada beberapa contoh malware yang mencoba me-root sistem seperti DroidKungfu dan DroidDream.
Sistem operasi Android sendiri telah di-patched untuk menghindari eksploitasi oleh malware ini. Exploit oleh malware ini sendiri tidak berfungsi lagi bagi pengguna Android 2.2.1 ke atas.
Bagi kebanyakan orang, ketika memiliki ponsel Android baru, mereka akan membuka market kemudian men-download game, utilities, dan aplikasi lainnya. hal ini tentunya menyenangkan meskipun malware selalu berpotensi menjadi ancaman bagi pemilik ponsel. Berbeda dengan Apple yang terlindungi dari aplikasi jahat selama tidak di-jailbreak untuk menjalankan aplikasi dari luar market.
saat ini, malware dibuat bukan sekedar untuk sampul majalah grup hacker/uxer, melainkan untuk memperoleh keuntungan. Contoh hal yang dilakukan malware untuk menghasilkan uang yaitu dengan mengirim SMS Premium, search engine poisoning, payper-click, hingga mencuri sandi rahasia untuk transaksi perbankan.
Mendeteksi aplikasi yang berbahaya merupakan hal yang sangat mudah dilakukan. Namun, untuk menentukan setiap aplikasi di market berbahaya atau tidak merupakan hal yang sulit untuk diterapkan dalam pendeteksian malware.
Kembali Ke Halaman Awal atau Melihat Daftar Isi
0 komentar:
Post a Comment